Jika ditarik mundur ke belakang, keberadaan dessert hanya dianggap sebagai pelengkap komposisi dalam sebuah rangkaian makanan. Laksana sebuah gaya hidup baru di kalangan anak muda, dewasa ini, pergerakannya kian dinamis. Menikmati makanan manis dan berkumpul bersama di suatu tempat santai, bagi mereka, arti dessert sudah menjadi terjemahan gaya sosial. Hal ini adalah contoh gambaran untuk mengindikasikan bahwa mayoritas konsumen muda di Indonesia senang mengikuti tren. 

Adalah Nomz Kitchen & Pastry, salah satu destinasi tempat nongkong yang sedang happening di Jakarta. Di awal kemunculannya, Nomz punya daya pikat yang mampu menjadi magnet, terutama saat ia menggaet Arnold Poernomo sebagai salah satu koki sekaligus 'penarik massa' dibalik kepopuleran nama Nomz. Belum lagi, restoran yang berlokasi di Grand Indonesia ini sempat mengundang Jokowi yang mana merupakan orang nomor satu di Indonesia. Penasaran dengan produk pastry yang diembannya, saya pun menyambangi resto yang juga menyertakan nama Kim Pangestu di bagian pastry.


Bila menu main course dirasa mengenyangkan, silakan memilih menu pastry yang tak kalah memikat. Urban Geisha misalnya. Jika Anda penyuka rasa green tea, mungkin sajian ini akan jadi pilihan favorit. Cake green tea disiram dengan vanilla mousse yang manis seolah menghasilkan rasa yang kontras. Sementara untuk tampilan, bentuk geometris yang sering kali terkesan kaku menjadi hangat bila penempatan detail ornamen dan bahan yang digunakan punya satu garis lurus yang simetris. Ini jadi pembuka yang manis sebelum beranjak mencicipi menu lain yang menggairahkan.


Olahan dessert berikutnya yang wajib dimasukkan dalam daftar pesanan Anda adalah Rasp Be Merry. Menu yang satu ini kaya akan rasa asam yang menyegarkan. Sentuhan buah raspberry tentu jadi penyumbang utamanya. Sebagai penggoda, menu ini menebarkan wangi khas buah raspberry yang khas. Tak lupa penambahan hiasan cokelat putih yang bersarang di bagian atas untuk mempercantik tampilan.


Kejutan lainnya datang dari Éclair of the Day. Sambil berkhayal rasa yang akan didapat, saya menyematkan pisau untuk membelahnya menjadi beberapa bagian. Dominasi rasa cokelat yang menyeruak berpadu harmonis dengan éclair yang bertekstur cukup crusty, menciptakan cita rasa yang bersahabat di mulut. Potongan demi potongan makin membuat saya jatuh cinta dengan sajian yang satu ini. 


Bosan dengan rasa yang manis, Anda bisa beralih mencicipi menu savoury yang satu ini. Alice in Nom Land namanya. Secara visual, simple dan elegan adalah dua kesan yang tersirat ketika pertama kali berjumpa. Menghilangkan kesan monoton, menu ini tampil membebaskan imajenasi, terutama terpancar dari pemberian namanya. Gradasi warna yang ditampilkan menyematkan gaya yang terkesan senada. Menu savoury ini tereksplorasi baik dengan penggunaan keju sebagai tokoh utama. Jika ingin menikmati cita rasanya, makanlah setiap lapisan secara bersamaan.


Jika kita merujuk pada deskripsi awal sebuah dessert, makanan yang satu ini memang keluar dari batasan dan meluas ke ranah sosial. Rasanya sah-sah saja jika ditunjang dengan pilihan produk teranyar yang terkesan tak biasa. Menyikapi perubahan dan kondisi pasar yang terus bergerak dinamis, Nomz dituntut lebih cerdas dalam mengimplementasikan inovasi produknya. Well, I am heard great reviews already and wish you every success !

Nomz Kitchen & Pastry
Grand Indonesia Mall, G F1, East Mall
Jakarta 
021 2358 1211
Read More ...

Tak akan ada kata ‘habis’ dalam bahasan tentang kuliner. Destinasi perut kenyang berikutnya datang dari salah satu restoran di bilangan Kemang, Hyde namanya. Di awal kemunculannya, nama Hyde mencuat lewat dessert unik yang diberi nama Chocolate Soil. Seolah tak ingin ‘meredupkan lampunya’, Hyde kembali meluncurkan beberapa menu terbaru yang disebut-sebut akan meneruskan kepopuleran Chocolate Soil.

Hari itu, 15 Januari 2014, Chef Odie Djamil, Executive Chef Hyde mempersembahkan 7 courses yang ia rangkai mulai dari makanan pembuka hingga dessert. Sajian dibuka dengan hadirnya Asparagus Infused Peas Soup with Semi Sun Dried Tomato di depan mata. Kompilasi bahan dasarnya cukup presisi mampu bersahabat dengan indera pengecap. Menu ini jadi satu perkenalan yang baik momen makan sore saya kala itu.



Baru saja merampungkan makanan pembuka saya, Pacific Roll siap memikat dengan beragam pilihan yang eksotis. Menu ini terdiri dari Watermelon Maguro Nori Roll, Prawn Pineapple Mayo Spring Roll, dan Steamed Chicken Roll. Tak perlu banyak untaian kata yang terlontar. Singkatnya menu ini membuat lidah saya tak berhenti untuk terus merasakan kelezatannya.


Perpaduan senada lainnya tergambar dari hidangan kreasi Odie berikutnya. Kali ini perjamuan datang dari menu Marinated Canadian Scallop yang dikombinasikan dengan Pear Carpaccio dan Walnut Coriander Pesto. Tekstur kerang (scallop) terasa begitu lembut. Sensasi 'nagih' adalah perasaan yang muncul saat saya mencicipi menu makanan utama ini. 


Mari kita tinggalkan sejenak tiga menu sebelumnya, pembahasan lanjut ke kreasi olahan ayam yang menggoda. Adalah Chicken Peppiptoria yang dipadukan dengan Braised Pok Choy, Mixed Mushroom dan Tomato Fancy. Menu ini seakan mengingatkan saya akan masakan ayam opor buatan mama. Akselerasi rasa gurih dan manis sesuai dengan ekspektasi. Sementara memasukkan Pok Choy punya alasan tersendiri untuk menyeimbangkan gaya hidup yang lebih sehat. Ini bisa jadi alternatif yang jitu selain buah-buahan.


Menu berikutnya sukses menjebol keinginan saya untuk mengakhiri makan sore kala itu, namun apa daya pesonanya terlalu indah untuk dilewatkan. Ialah Golden Brown Pan Fried Dory. Sisihan ikan dory menjurus ke ranah yang sempurna. Ia tidak segan memadukannya dengan Tomato Coriander Salad dan Dash of Lemon Oil yang membuat rasanya semakin kaya. Sentuhannya mampu menenggelamkan angan saya melintasi cita rasanya.


Masuk ke bagian makanan penutup, hadir Pressure Cooked Banana yang nikmat disantap  bersama Vanilla Coconut Cream, Spiced Oat Crumble, dan tak ketinggalan Milk Foam untuk mempercantik tampilan. Entah mengapa sajian dessert selalu membuat saya jatuh cinta. Di sisi lain, penggunaan fresh banana mengeluarkan rasa manis yang natural sehingga mampu menjadi menu favorit bagi para pecinta dessert.


Apresiasi yang tinggi saya layangkan untuk suguhan dessert berikutnya, ialah Chocolate Bomb. Bukan hanya fantasi semata, menu ini bisa dieksporasi baik oleh Hyde. Penyajiannya cukup unik, dimana Anda harus melelehkan bongkahan "Bomb" dengan Dark Chocolate yang bertemperatur panas. Setelah itu, baru Anda bisa menemukan 'harta karun' yang tersimpan di dalamnya, meliputi pilihan cokelat couverture yang memanjakan lidah. Pengerahan imajenasi yang patut diacungi jempol. 


Dalam acara Hyde's Private Showcase ini pula para tamu undangan berkesempatan menilai langsung menu yang disebut-sebut akan diluncurkan pada bulan Februari 2015. Komentar positif kian deras mengarah kepada ide kreatif sang maestro, Odie Djamil. Perhelatan ini juga untuk merayakan keberhasilan Chocolate Soil yang selama setahun ini menembus angka 10.000 penjualan. Good job, Hyde!
Read More ...

Korea telah berhasil menancapkan pamornya dalam barisan negara yang patut diperhitungkan karena industrinya yang maju pesat. Maka tak heran, "Koreanisasi" mulai beranjak masuk di berbagai belahan negara, tak terelakkan Indonesia pun ikut tersengat demam K-Pop. Momen ini tak lantas diacuhkan oleh Korea, secara serempak, kuliner Korea merajai tanah air. Hal itu kemudian mengubah kondisi dimana mencari restoran Korea di Indonesia adalah perkara mudah.

Mencermati keadaan tersebut, Korea Food Foundation (KFF) merilis sebuah buku panduan yang merangkum restoran Korea di Jakarta. Kriterianya melingkupi cita rasa makanan, pelayanan, interior, dan tingkat kehigienisan restoran. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, kemudian terpilihlah 20 restoran terbaik dari total 150 restoran yang tersebar di Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Kelapa Gading, Pantai Indah Kapuk dan Lippo Karawaci. Mengambil ranah yang lebih luas, dalam buku yang diterbitkan 10 Desember 2014 lalu ini juga menggabungkan kuliner Korea yang ada di Malaysia, sehingga total mencapai 40 restoran pilihan.


Bukan hanya uraian mengenai restoran Korea, dalam buku ini juga menjelaskan tentang budaya kuliner Korea, cita rasa, sekaligus sebagai sarana promosi. Buku ini dibuat dalam bentuk guide book berukuran kecil sehingga terkesan praktis. Ditulis langsung oleh seorang pakar kuliner, Bondan Winarno, buku panduan ini tersedia dalam bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan tentu bahasa Korea, sehingga siapapun dapat membacanya. 

Selama masa promosi di Gramedia, buku ini dapat diperoleh secara gratis dan dapat dilihat secara online di homepage www.koreanfood.net atau www.hansik.org. Sementara aplikasinya dapat dengan mudah diunduh di website KCC Kerean Cultural Center Indonesia (id.korean-culture.org). Untuk pengguna android dan IOS, Anda juga bisa mengunduh aplikasinya secara GRATIS di Play Store dan App Store dengan mengetik keyword "KOREAN RESTAURANT GUIDE". Untuk mempermudah, pengguna Android bisa langsung mengunduhnya di sini https://play.google.com/store/apps/details?id=im.food.KoreanRestaurantGuide


Atau bisa juga melalui account official KFF di :

Selamat bereksplorasi!
Read More ...

Profesi pramusaji bisa dikatakan tumpuan dasar suksesnya sebuah resto, khususnya  di ranah pelayanan. Walau terlihat sederhana, kegiatan meliputi menyambut tamu sampai mereka meninggalkan restoran menyangkut dengan tingkat kepuasan dan frekuensi kembalinya pengunjung. Lihat, betapa pentingnya peran pramusaji dalam membentuk image sebuah restoran.

Membicarakan hal mengenai pelayanan, tentu tidak terlepas dengan pembahasan resto fine dining. Biasanya, mereka telah memprogram Standard Operational Procedure (SOP) untuk mempermudah pengelolaan. Jika kriteria tersebut yang dicari, maka Anda bisa menemukannya di Toscana, salah satu resto di Kemang yang mengusung tema “Italian Cuisine”.


Seorang pramusaji menyapa saya dengan hangat. “Sudah reservasi?” ujarnya. Dengan gayanya yang ramah, sang pramusaji kemudian mengantarkan saya ke tempat duduk yang sudah disiapkan. Belum sampai ke tujuan, pramusaji lain sudah bersigap membukakan kursi dan meletakkan napkin di atas pangkuan saya. Tanpa banyak basa-basi, ia memberikan buku menu dan mencatatkan pesanan lewat ipad di tangannya. 

Sembari menunggu pesanan, saya dihadapkan dengan iringan welcome bread lengkap dengan kondimen seperti olive oil, balsamic vinegar, tabasco, chili flake, herb butter, dan keju parmesan. Pertemuan saya dengan Toscana juga menunjukkan teori yang sedikit terlupakan. Inilah budaya serapan restoran Italia yang seharusnya. Welcome bread seolah memperlihatkan keseriusan Toscana dalam hal pelayanan.


Selang beberapa menit, dua pesanan pasta hadir meramaikan meja saya. Dimulai dengan Spaghetti Bolognese. Dengan tampilan yang sederhana, hidangan ini mampu mengeluarkan aura istimewanya. Diolah dengan teknik yang tepat dan tidak berlebihan, sajian ini menginterpretasikan rasa Italia yang 'sebenarnya'. Tekstur Spaghetti yang al dente dipadukan seimbang dengan bumbu yang bersingkronisasi baik lewat rasa klasik nan elegan.


Masih dalam lingkup pasta, hidangan kedua yang tak kalah menggiurkan adalah Penne Black Forest. Mencari alibi untuk tidak menyukai menu ini rasanya sulit. Paduan jamur, brokoli, dan creamy smoked cheese sauce kental saling berharmonisasi menciptakan jejak rasa yang mumpuni. Indera pengecap tak akan bisa lagi berkelak apalagi ketika bersentuhan dengan olahan khasnya. Tak heran mengapa mulut begitu agresif menyantap makanan kedua ini. 


Apalah arti sebuah makan malam di restoran Italia tanpa sajian Pizza sebagai penyempurna? Margherita adalah pilhan yang tepat. Menariknya, tak perlu bercakap dengan pramusaji, ketika piring Pasta terlihat ludes, mereka dengan sigap memberikan seporsi Pizza yang saya pesan bersamaan dengan menu pertama. Excellent service! Persembahan Pizza klasik ini siap jadi penutup yang sempurna. Alih alih membuat kenyang, saya malah ketagihan dengan cita rasa yang ditawarkan oleh Pizza klasik tersebut. Untuk saya pribadi, pizza ini memancing spekulasi di dalam pikiran “I won’t even feel guilty after eating it.”


Jika ada satu hal yang juga Anda tunggu-tunggu mungkin adalah kesimpulan akhir. Berkelas, adalah satu kata yang mampu mewakili pengalaman saya selama di Toscana. Restoran yang berdiri sejak tahun 1996 ini berani menyuguhkan sesuatu yang elegan sekelas hotel berbintang lima. Jadi sudahkah terlintas di pikiran apa yang akan Anda nikmati di Toscana?

Toscana Italian Restaurant
Jalan Kemang Raya 120
Jakarta
021 718 1216 , 021 718 1217
Read More ...

Saya cukup tercengang dengan restoran yang berada berdekatan dengan pintu masuk Mall of Indonesia ini. Namanya memang tidak eksis wara-wiri di media sosial, tetapi kehadirannya seakan mendobrak asumsi, "Agaknya kuliner moderen sudah terlalu mainstream." Dari sekedar menyantap makan siang, saya pun tergugah untuk mendeskripsikannya di dalam blog. Sebuah tempat yang bisa menginspirasi para penikmat kuliner di luar sana.

Tea Garden namanya. Restoran keluarga ini punya kapasitas yang terbilang besar, sekitar 160 tempat duduk terakomodasi di sini. Apalagi pembatas yang terbuat dari kaca secara tidak langsung menginterpretasikan ruangan yang cukup luas. Sementara itu, tersedia pula smoking area yang terpisah di bagian outdoor. Terdengar melegakan bagi ‘bukan penghisap tembakau’ seperti saya.


Karena jumlah menunya yang banyak, satu petuah dari saya, sebaiknya kosongkan perut Anda sebelum mencicipi rangkaian menu yang dihidangkan di sini. Anda bisa memilih tidak hanya Chinese Food, tetapi juga ada deretan menu Western dan makanan Indonesia.

Tapi menurut saya, ini bukan soal varian, namun lebih kepada bercerita tentang rasa. Untuk kedatangan saya kali ini, dibuka dengan sajian Dimsum sebagai menu appetizer. Ha Kau dan Sio May adalah menu aman yang saya pesan. Anda bisa bandingkan, sejauh mana kualitas Ha Kau yang diemban mampu berinteraksi baik di dalam mulut. Sementara itu, potongan udang yang besar mengisyaratkan keseriusannya soal rasa.


Tanpa bermaksud mengesampingkan Ha Kau, ada Sio May yang tak ragu memperlihatkan sosoknya yang kaya akan rasa. Ketika digigit, ada manis yang bergumam, namun saat mencapai lidah, rasa gurih menyibak hingga akhirnya mencapai klimaks. Rasanya tidak berlebihan, mungkin bisa dikategorikan ‘pas’. 


Perjalanan sebenarnya akan dimulai. Ini dia juaranya, Mie Siram Caciang, yakni mie siram dengan potongan Szechuan Chicken. Menu Kantonis ini punya rasa yang berani. Kuah kaldunya gurih beradu apik dengan potongan ayam yang khas. Mienya kenyal dan tidak mudah putus, bersingkronisasi baik dengan keseluruhan bumbu. Porsinya yang ‘tanggung’ justru membuat saya semakin penasaran. 


Sekali lagi saya jatuh cinta. Seporsi bubur ini mampu mengembangkan senyuman di wajah saya. Tidak terlalu kental dan tidak terlalu encer. Bersamaan dengan itu, saya berikan sedikit taburan agar rasanya semakin kompleks. Jadilah seporsi bubur dengan rasa yang menyenangkan. Perjumpaan kami pun tak berlangsung lama, karena bubur ini ludes seketika.


Konsistensi rasa acapkali terlibat langsung dalam pengenalan objek kuliner, dalam hal ini Tea Garden. Secara teknis, inilah yang disebut dengan strategi marketing paling jitu. Resto yang pertama kali berdiri di Medan pada tahun 2009 ini, begitu lekat di hati masyarakat. Bisa dikatakan, Tea Garden adalah para pemain kuliner yang tak terkikis zaman. Saya pun sudah berencana untuk kembali lagi. Lalu, bagaimana dengan Anda?

Tea Garden
Mall Of Indonesia, Jalan Raya Boulevard Barat, Kelapa Gading
Jakarta Utara
021 29364675
Read More ...

Meski kawasan kuliner mulai mewabah, Kawasan Kemang tak pernah kehabisan celah membuat ceritanya sendiri. Daerah yang berlokasi di Selatan Jakarta ini tetap jadi satu destinasi favorit dalam berburu kuliner. Sebuah persinggahan mengantarkan saya ke tempat yang sedang hip di Jakarta. Adalah Ellexito, salah satu pendatang baru yang namanya langsung melejit lewat media sosial.

Memasukinya, saya seperti berada di rumah sendiri. Merangkul konsep interior bergaya minimalis, dinding batu bata berkesan unfinished memperkaya nuansanya. Senyum manis teroreh lewat hamparan kumpulan fotografi yang terbingkai indah di setiap sudut resto. Sementara tempatnya yang berkapasitas minim, membuat atmosfer Ellexito terasa lebih hangat dan privasi.



Mengemban konsep “masa kini”, Ellexito menghadirkan sajian kuliner yang trendy. Ya, cakupannya tidak jauh jauh dari Pasta, French Fries, Bruschetta, Honey Jam Wings, Salad, dan Steak. Sebagai pembuka, menu pilihan pertama saya adalah Cheesy Fries. Bersama lelehan keju Mozzarella sebagai topping, menu ini jadi perkenalan yang nikmat. Sajian pembuka ini menyapa hangat indra pengecap yang kemudian menyambutnya dengan ramah. Saya membiarkan keduanya bercengkrama sesaat, hingga akhirnya hanyut dalam atensi yang seharusnya.


Temuan kuliner lainnya datang dari kategori Pasta, ialah Spaghetti Bolognese. Hidangan Western yang universal ini cukup menjawab rasa khas yang ingin ditonjolkan oleh Ellexito. Dari segi tingkat kematangan, tekstur pasta memang tidak al dente, sebagaimana orang Asia sukai. Apa yang menarik di sini adalah siraman saus Bolognese yang mamma mia! Kombinasinya terasa sepadan dengan paduan rasa manis, sedikit pedas, dan gurih yang memanjakan.


Kemudian ada Fettucine Carbonara yang mampu membangkitkan naluri untuk segera melahapnya tanpa sisa. Tidak begitu creamy, sebagaimana Carbonara seharusnya sehingga tidak terlalu mengenyangkan. Melengkapi untaian rasanya, potongan beef yang berada persis di atas Pasta berhasil menghanyutkan rasa idaman. Pas, adalah kata yang mewakilkan keseluruhan cita rasanya.


Senja Sabtu yang tertutup awan membawa ukiran cerita tersendiri. Torehan canda tawa terdengar gaduh di telinga, melansirkan sebuah weekend yang menyenangkan. Yes, here comes the fabulous weekend. Lalu saya biarkan keceriannya tergambar manis di Ellexito. 

Ellexito
Jl. Kemang Selatan 12 Blok Kemang No.44, Mampang Prapatan
Jakarta Selatan
021 7179 3081
Read More ...

Suasana riuh yang bergelora menjadi satu magnet dramatis sampai akhirnya saya melangkahkan kaki ke sebuah kafe. Tawa gembira serta luapan emosi yang bergairah jadi satu pemandangan yang berhasil menyuntikkan adrenalin positif, khususnya bagi saya. Inilah dia, The People’s Café. Bertujuan membawa konsep yang lebih fresh, kafe yang sebelumnya bernama Ismaya Catering ini tetap mampu menginterpretasikan gayanya yang casual. Lewat warna yang sedikit temaram, The People’s Café mengingatkan saya akan nuansa rustic yang kontemporer. Kontruksi serta padanan aksesori senada menonjolkan arsitektural yang dinamis dan kekinian.



Eksplorasi interior yang moderen, ikut teridentifikasi baik lewat susunan daftar menu, dan untuk saya makanan berbasis keju memang tak pernah luput dari pendeskripsian. Cheese Lover jadi menu pembuka saya kala itu. Adonan Pizza dipanggang garing. Bagian favoritnya tentu saja topping keju yang gurih apalagi lelehan Mozzarella seakan tak mampu dielakkan kelezatannya. Sedikit tips, sebaiknya jauhkan cocolan saus sambal dari hadapan Anda.


Bagi saya, masakan Western sangat menarik untuk diceritakan karena cita rasanya kian dinamis mengikuti selera pasar. Berkutat dengan olahan Pasta, saya penasaran dengan cita rasa khas yang ditawarkan lewat sajian Spaghetti Bolognese. Ketika diseruput, saus Bolognese menggerayangi pipi saya. Mungkin inilah yang disebut dengan seni (atau mungkin bukan). Sementara sausnya terasa begitu manis, sesuai dengan tipikal kesukaan orang Asia.


Sesuai dengan filosofi pemberian namanya, tak heran, "kafe untuk semua orang" ini kerap menjadi pilihan tempat hangout favorit. Memang, tidak ada yang lebih spesial dari berkumpul bersama keluarga atau kerabat bersanding di tengah nuansa homey dan seporsi makanan menemani kebersamaan. Have fun exploring!

The People’s Café
Grand Indonesia, West Mall, Level 5
Jakarta

021 2358 1157
Read More ...